Rektor UIN Sunan Kalijaga Mengajak Bersyukur Hidup di Negara Besar Indonesia yang Memiliki Dasar Pancasila

Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, BA., BA., MA., Ph.D., mengatakan berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menguatkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu upaya Pemerintah adalah dengan mengundangkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2017 tentang Unit Kerja Pembina Ideologi Pancasila. Bersama seluruh komponen bangsa, lembaga ini ditugaskan untuk memperkuat pengalaman Pancasila dalam kehidupan sehari-hari yang terintegrasi dengan program pembangunan. Pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahteraan dan berbagai program lainnya menjadi bagian integral dari pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Hal tersebut disampaikan Prof. Yudian Wahyudi saat membacakan sambutan Presiden Joko Widodo, dalam upacara bendera memperingati Hari Lahir Pancasila (1 Juni) yang dilaksanakan segenap Civitas Akademika UIN Sunan Kalijaga, bertempat di halaman Gedung Prof. K.H. Saifuddin Zuhri, Senin, 4/6/18. Dalam sambutan Presiden tersebut, Prof. Yudian juga menegaskan bahwa, tidak ada pilihan lain kecuali kita harus bahu membahu menggapai cita-cita bangsa sesuai dengan Pancasila, seluruh komponen bangsa harus menyatukan hati, pikiran, dan tenaga untuk persatuan dan persaudaraan. Tidak ada pilihan lain kecuali kita harus kembali ke jati diri sebagai bangsa yang santun, berjiwa gotongroyong dan toleran. Menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang adil, maksmur dan bermartabat di mata Internasional, jaga perdamaian, persatuan, persaudaraan. Bersikap santun, saling menghormati, saling toleran dan saling membantu, bergotong royong demi kemajuan Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Yudian juga mengajak untuk bersyukur hidup di Negara Besar Indonesia yang memiliki dasar Pancasaila. Dengan Pancasila, Indonesia memiliki 7 prestasi tingkat dunia yang tidak dimiliki negara manapun. Pertama, sebagai negara yang terjajah selama 434 tahun, dimana Islam sebagai pendatang baru yang bisa menjadi mayoritas dan bisa menyatukan segala perbedaan , bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan yang akhirnya terwujud pada Agustus 1945. Ini tidak terjadi di negara manapun.

Kedua, negara-negara besar Islam hancur pasca perang dunia I dan II. Tetapi Indonesia , tanpa terlibat dalam negara super power manapun, tiba-tiba mampu melahirkan negara yang lebih besar dengan segala kekayaannya.

Ketiga, Amerika besar tetapi pecahan dari Inggris, Rusia besar tetapi pecahan Uni-Sovyet, India yang dulu merupakan negara besar di bawah Islam terpecah menjadi India dan Pakistan kemudian jadi Banglades, Malaysia ada karena dimerdekakan. Saudi Arabia mengkianati Otoman Imperium yang kemudian mandiri menjadi kerajaan bukan khilafah. Sementara kawasan Muslim terbesar di duniai yang ada di Indonesia mampu merangkul semua perbedaan, menyatukan yang kecil-kecil untuk melahirkan negara yang lebih besar yakni NKRI, yang tidak ada tandingannya di dunia.

Keempat, nasionalisme dunia Islam mencabik-cabik negara Islam dari negara-negara besar menjadi negara-negara kecil. Tetapi nasionalisme di Indonesia justru mampu menyatukan pluralitas dan umat Islam yang berlapis-lapis menjadi terbesar di dunia, bahkan memiliki 17.000 sekian pulau. Bahkan Generasi Rosulullahpun tak mampu melahirkannya.

Kelima, ketika dua negara superpower berperang dengan senjata bom atum , yang menghancurkan negara-negara, tetapi Indonesia yang tidak memiliki teknologi apapun, justru mampu melahirkan negara besar dengan bermodal persatuan dan kesatuan yang ada dalam sila Pancasila. Inilah kekuatan Pancasila.

Keenam, kerajaan dan kesultannya di Indonesia dengan suka rela menyerahkan kekuasaan dengan segala konsekuensi konstitusinya demi berdirinya NKRI, ini tidak terjadi di belahan dunia manapun kecuali di Indonesia. Ketujuh, Lahirnya Pancasila dimotori oleh ulama dan kyai Muslim di Indonesia. Oleh karena itu Pancasila bisa disebut sebagai mukjizat dari Allah SWT untuk Indonesia. (Weni)