Dialog Nasional “Puasa, Pancasila, dan NKRI”

Dialog Nasional dengan tema “Puasa, Pancasila dan NKRI”, dilaksanakan sebagai rangkaian dari Ramadan Bil Jamiah (RBJ) Masjid Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jum’at(1/6). Yang dilaksanakan dengan menghadirkan 3 pembicara dari berbagai dimensi yaitu dari aparat dalam hal ini oleh Polda DIY, KESBANGPOL DIY dari dimensi pemerintah dan pimpinan UIN Sunan Kalijaga dari sudut pandang Praktisi Akademik.

Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Sunan Kalijaga YogyakartaDr.Phil. Sahiron, M.A. dalam dialog menyampaikan bahwa Pancasila merupakan hasil konsensus kesepakatan the founding fathers bangsa ini. Yang jika ditilih dalam sudut kaca mata Islam, keberadaan Pancasila sebagai dasar negara telah sejalan dengan landasan agama, dan sebagaimana piagam Madinah pada masa kenabian yang mempersatukan umat.

“Jadi meyakini, melaksanakan dan memperjuangkan nilai-nilai Pancasila merupakan I’tiba li Rosulillah atau mengikuti Rasulullah saw. Karena sebagai landasan normatif, umat Islam tidak perlu ragu dan yakin atas Pancasila,” tutur Sahiron.

Dalam kesempatan yang sama Kepala Kesbangpol DIY Agung Supriyono, SH., meyampaikan bahwa di Yogyakarta sedikitnya 10.000 pendatang masuk tiap tahunnya, baik dari mahasiswa maupun bidang lain. Dimana mereka sangatlah beragam dari asal usul, baik agama, budaya , bahasa dan lain sebagainya.

“Jika kiranya kecintaan atas Pancasila sebagai pemersatu ini tidak dijaga maka potensi untuk melahirkan konfik dan masalah sosial sangatlah besar kemungkinan. Oleh karenanya Yogyakarta sebagai miniatur Indonesaia dipandang penting untuk bisa menyajikan rupa Indonesia yang seharusnya, rukun, aman,damai dan penuh dengan ­tepo sliro,”

Direktur Binmas Polda DIY Kombespol Rudi Heru menambahklan bahwa dalam Ketaatan hukum dan menjunjung tinggi landasan negara merupakan kunci dari suksesnya suatu hukum, stabil dan minimnya angka kriminal dari suatu negara. Dan Indonesia masih perlu berbenah atas hal ini. “Pancasila hari ini tambahnya, memiliki berbagai tantangan baik dari globalisasi, pendidikan dan toleransi untuk mewujudkan kehidupan yang Pancasila dan cinta akan NKRI,” Kata Rudi.

Sahiron berharap dalam kegiatan ini menjadikan Pancasila sebagai ideologi final dan mengajak untuk mempertahankan sebagai imune terhadap pemahaman dan serapan pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan Pancasila dan cinta NKRI, termasuk adalah pemahaman dan gerakan radikal.

Dalam simpulan dari pemaparan materi dan dialog pada kesempatan ini, Isna Nur Syaifuddin sekaligus aktifis sosial yang bertindak sebagai moderator pada kesempatan ini menutup dialog dengan kutipan satu kalimat, bahwa Pancasila adalah hal final. “Diantara perbedaaan yang bisa ditemukan, masih banyak persamaan yang bisa mempersatukan. Bisa jadi Aku dan Kamu berbeda, tapi marilah kita rukun dalam perbedaan”. (aufar-Khabib/humas)