Persiapkan dibukanya Program Magister Bahasa dan Diplomasi, Program Pascasarjana Sunan Kalijaga Gelar Seminar Nasional Diplomasi, Bahasa dan Gender

Saat ini semakin banyak persoalan peradaban, kenegaraan dan kebangsaan menuntut diselesaikan di meja diplomasi. UIN Sunan Kalijaga menangkap realitas ini sebagai peluang untuk membuka Program Magister Bahasa dan Diplomasi. Dalam rangka mempersiapkan dibukanya Program Magister dimaksud, Program Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga mengelar seminar nasional bertajuk “Diplomasi, Bahasa dan Gender.” Agenda ini juga dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional. Acara yang diselenggarakan di Gedung Prof. RHA. Soenarjo, SH., Senin, 22/10/18 ini menghadirkan narasumber; Dubes Aljazair, Safira Machrusah, menyampaikan makalah “Peran Wanita dalam Diplomasi.” Utusan Khusus Presiden RI untuk Penetapan Batas Maritim dan Dubes RI di Jerman, Dr. Eddy Pratomo, M.A., menyampaikan materi “Hukum Internasional dalam Praktek Diplomasi.” Dosen Diplomasi Universitas Bakrie, Jakarta, Drs. Bunyan Saptomo, menyampaikan materi “Diplomasi Bilateral dalam Praktek.”

Direktur Program Pascasarjana, UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Noorhaidi M.A. saat membuka acara menyampaikan, akan dibukanya program studi Magister bernama Bahasa dan Diplomasi digagas oleh Rektor, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., yang mengharapkan akan banyak alumni dari UIN yang bisa berkiprah menjadi diplomat ulung di kancah internasional. Pembuatan proposal dan kajian, dibawah program studi interdiciplinary Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga. Saat ini sudah banyak alumni yang menjadi duta besar yang berhasil mengharumkan nama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dikancah internasional.

Tiga diantaranya ibu Safirah Machrusah (Tarbiyah), Dr. Eddy Pratomo, M.A, Drs. Bunyan Saptomo, M.A. yang pada forum kali ini hadir menjadi pembicara. Dari beliau beliau yang sudah tinggi jam terbangnya di kancah internasioal inilah, UIN Sunan Kalijaga akan menyerap ilmu dan praktek-praktek berdiplomasi antara negara, untuk mengembangkan Prodi yang akan dibuka nanti, hingga alumni UIN Sunan Kalijaga bisa berkontribusi membawa Indonesia menjadi negara yang disegani. Sementara, dikaitkannya seminar ini dengan Hari Santri, karena UIN Sunan Kalijaga merupakan destinasi para santri untuk menimba ilmu, untuk mendapatkan ilmu. Harapannya dengan adanya pembukaan Konsentrasi Magister Bahasa dan Diplomasi, akan semakin banyak generasi muda santri dapat menapaki karir lebih tinggi di kancah diplomasi internasional.

Konsentrasi ini merupakan ikhtiar UIN Sunan Kalijaga untuk turut serta menyediakan lulusan yang memahami diplomasi khususnya di dunia Islam- guna mendorong terwujudnya kepentingan nasional bangsa Indonesia dalam pergaulan internasional dan mewujudkan kepentingan bersama ke arah dunia yang damai, adil, dan sejahtera sebagaimana amanat konstitusi bangsa ini. Mengingat krusialnya bahasa bagi para diplomat maupun aktor-aktor internasional lain, maka konsentrasi ini memberi tekanan yang khusus kepada penguatan skil bahasa aktif khususnya bahasa dalam bidang diplomatik. Bahasa yang ditekankan di sini adalah bahasa Inggris dan bahasa Arab kendati bahasa-bahasa internasional lain yang digunakan di PBB seperti bahasa Perancis dan Mandarin akan menjadi perhatian opsional, demikian jelas Noorhaidi.

Safira memaparkan, UIN Sunan Kalijaga telah banyak melahirkan begitu banyak orang-orang berhasil baik nasional maupun internasional. UIN memiliki nilai plus latar belakang agama yang sangat bagus untuk pondasi menjadi dubes. Tinggal mengkhususkan lagi dalam konsentrasi program studi untuk melahirkan diplomat-diplomat ulung yang berakhlak kharimah.

Sementara, Fungsi diplomasi dimulai dari upaya menyambungkan informasi antara satu bangsa dengan yang lain. Diplomasi juga merupakan upaya untuk melakukan negosiasi secara berkelanjutan. Para diplomat berasal dari keluarga yang berpengaruh agar ketika menyampaikan negosiasi mereka mempunyai legitimasi. Seorang diplomat juga harus memiliki kemampuan bernegosiasi yang baik agar dapat meyakinkan kepentingan negaranya di kancah internasional. Selain itu seorang Diplomat juga harus bisa menjadi Salesmen yang dapat menawarkan dan memrpomosikan kepentingan negaranya. Singkatnya ada lima fungsi Dubes, yakni: Representing : mewakilkan, Negotiating: negosiasi, Promoting : promosi, Protecting : melindungi, Reporting : pelaporan.

Semua aktifitas dubes dilakukan oleh laki-laki pada waktu lampau karena seorang dubes harus mempunyai kekuatan fisik, dan sanggup tinggal ditempat asing dalam waktu yang lama. Itulah kenapa ada dominasi dari laki-laki dalam kedutaan besar pada masa lampau. Karena pada dasarnya menjadi dubes pada waktu itu sangatlah beresiko. Namun saat ini kesempatan perempuan untuk menjadi Dubes sudah terbuka lebar setara dengan laki-laki. Data tahun lalu jumlah diplomat di Kemenlu mencapai 36 % (sekitar 100 orang). Mereka masuk menjadi Dubes dengan kesadaran dan keinginan mereka sendiri. Tantangan diplomat untuk perempuan adalah tuntutan pekerjaan yang mengharuskan tinggal di negara bersangkutan, sehingga perlu negosiasi dengan keluarga, terutama suami, demikian jelas Safira.

Dr. Eddy Pratomo, M.A. memaparkan,‘’The Heart of Diplomacy’’(Jantung dari diplomasi) adalah hukum internasional. Hukum Internasional merupakan aturan-aturan yang melintasi seluruh batas negara. Argumentasi politik nasional sudah tidak berlaku lagi, namun yang berlaku sekarang adalah mengenai argumentasi hukum Internasional. Program S2 di diplomasi akan banyak memberi pelajaran bagaimana jika Hukum Internasinal bertemu dengan Hukum Nasional. Bagaimana mengatasichoice of lawjika Hukum Internasional bertemu dengan Hukum Nasional.

Minimnya orang Indonesia yang bergabung dalam organisasi politik internasional menjadi suatu tantangan yang besar bagi program magister Diplomasi dan Bahasa. Di Mahkamah Internasional semuanya orang asing dan tidak berbahasa Indonesia. Pengacara juga tidak ada orang Indonesia. Indonesia punya satu di Internasional yaitu Dr Sri Mulyani. Tetapi karena berada di kabinet, dia pulang.

Drs. Bunyan Saptomo, M.A. menambahkan, dalam al Qur’an cara-cara berdiplomasi yang baik dijelaskan melalui kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis dalam Q.S. An-Naml 10-44. Bisa juga dipelajari dalam sejarah kehidupan Rusulullah Muhammad SAW, khususnya dalam kisah bagaimana Rosulullah mengatasi permasalahan saat utusannya menghadapi resiko pembunuhan oleh Raja Gazan, ketika menjalankan fungsi diplomasi. Itulah cara-cara Islami berdiplomasi yang bisa dipelajari dan dikembangkan dalam studi lanjut konsentrasi Bahasa dan Diplomasi di UIN, kata Bunyan. (Weni /doni)