UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kerjasama dengan Institute PTIQ Jakarta

Rektor Institute Perguruan Tinggi Ilmu Al Qur’an (PTIQ), Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA., beserta seluruh jajaran Manajemen Institute PTIQ berkunjung ke kampus UIN Sunan Kalijaga, Jum’at, 18/1/19. Kunjungan yang diterima langsung oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. KH. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., didampingi Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. Phil. Sahiron, Ph.D., dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Waryono Abdul Ghofur, M. Ag., ini dilaksanakan dalam rangka penandatanganan kerja sama pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi. .

Prof. Yudian Wahyudi dalam sambutannya mengawali penandatanganan naskah kerjasama antara lain menyampaikan, pasca transformasi dari IAIN menjadi UIN, UIN Sunan Kalijaga akan terus membuka diri memperbanyak kerjasama. Kerjasama dengan PTIQ dimaksudkan, di satu sisi, UIN Sunan Kalijaga akan banyak mendapatkan sumbangsih kajian-kajian kitab kuning dari para santri yang tentunya akan memperdalam kajian-kajian ke-Islam di kampus UIN Sunan Kalijaga. Di sisi lain, di Kampus UIN Sunan Kalijaga akan lebih membuka wawasan pemikiran para santri, untuk bisa lebih perperan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Maka nanti akan ada doble degre, dengan gelar disesuaikan yang biasa dipakai di perguruan tinggi umum. Misalnya tidak lagi S. Ag., SHI., atau SEI., tetapi langsung mengarah ke keilmuannya, seperti; ST, SE, SH, dan seterusnya.

Menurut Prof. Yudian, gelar SHI., SEI., S. Ag., sangat membatasi alumni untuk bisa berperan secara luas di masyarakat. Artinya; kedalaman pemahaman ke-Islaman untuk tujuan membangun karakter pribadi lulusan tidak perlu diperlihatkan pada gelar. Sementara gelar langsung memperlihatkan bidang keilmuan agar lebih leluasa berperan untuk kemajuan masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. Oleh karena itu Prof. Yudian Wahyudi berharap, kerja sama dengan Institute PTIQ bisa saling memperkuat pengembangan akademik kedua institusi.

Sementara itu, Prof. Nasaruddin Umar antara lain menyampaikan, Institute PTIQ memiliki tujuh kekuatan pengembangan akademik yang sudah sangat dipercaya oleh masyarakat. Ketujuhnya adalah : Seni Membaca al Qur’an, Sastra Islam, Mimbar, Muazin, Menara, Mi’raj, MTQ. Di samping itu para mahasiswanya, selain kegiatan rutin kuliah dan kegiatan penunjang perkuliahan, mereka punya seabrek kegiatan di luar kampus (di masyarakat), seperti ; di Majelis Taklim, Berjanjen, Khataman al Qur’an, belajar ngaji keluarga, upacara kematian, dan banyak lagi.

Menurut Prof. Nasaruddin Umar, sengaja pihaknya memilih kerja sama dengan UIN Sunan Kalijaga, meskipun lebih jauh dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ada banyak hal yang ingin mereka pelajari di UIN Sunan Kalijaga, seperti ; penataan lahan kampus (dengan lahan sempit tetapi terlihat leluasa, pemandangan kampus penuh nuansa akademik, tetapi tetap ada tamannya yang bersih, asri dan indah), perpustakaannya lengkap koleksinya sekaligus modern (banyak koleksi akademik di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang tidak bisa ditemukan di tempat lain). Pihaknya juga ingin belajar epistemologi keilmuan khas UIN Sunan Kalijaga, yang sudah banyak melahirkan orang-orang mursid (guru yang tidak sekedar sebagai guru, tetapi mampu menjadi mediator untuk mendapatkan ilmu Allah SWT).

Pihaknya juga salut UIN Sunan Kalijaga mampu menemukan alat ukur spiritualitas, yang hanya ada satu-satunya di dunia ini. Seperti diketahui alat ukur tersebut saat ini berada di ruang Pusat Studi Neuroscience, Gedung Poliklinik, UIN Sunan Kalijaga. Penemuan alat ukur spiritualitas tersebut didasarkan pada hasil riset Doktoral salah satu alumni Program Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, yang S1 dan S2 nya dari Program Kedokteran, yakni ; Taufiq Pasiak. Melalui alat ukur tersebut, spiritualitas seseorang bisa diukur secara kuntitatif dan bisa menjadi tolok ukur kedekatan seseorang kepada Sang Khaliq. Alat ukur tersebut sudah banyak dimanfaatkan untuk melakukan fit and proper test calon pejabat. Hasilnya bisa untuk mengukur sejauh mana seseorang bisa memegang amanah jika menduduki satu jabatan.

Pihaknya juga akan ikut mempromosikan epistemologi keilmuan yang ada di UIN Sunan Kalijaga, dimana untuk memahaminya harus dilalui dengan thaharah (bersih lahir dan batin). Dan itu ada di UIN Sunan Kalijaga. Melalui kerjasama ini pihaknya juga ingin mengembangan Astrologi Islam, yang selama ini dianggap orang sebagai mistik, padahal kalau dikembangkan, pihaknya yakin akan membawa peradaban dunia semakin baik.

Astrologi Islam didasari pada pemikiran bahwa Allah SWT masih menurunkan ilmu dan ketauladanan hidup melalui mimpi-mimpi pada umatnya yang terpilih. Seperti Imam Syafi’i, Imam Ghazali dan Imam Hanafi, juga mendapatkan ilmunya melalui mimpi bertemu Rasulullah. Hal itu disebutkan dalam al Qur’an. Dalam al Qur’an, mimpi bisa dikategorikan: 1. al ru’ya al-Sadiqah (mimpi yang benar), mimpinya orang-orang saleh, orang orang terpilih, yang bisa ditafsirkan sebagai hidayah/petunjuk dari Allah SWT. 2. Al ru’ya al-Kazibah (mimpi kosong-bunga tidur). Mimpinya dan orang-orang munafik/fasiq. Mimpi yang bisa ditafsirkan sebagai kebenaran bisa dikaji secara akademik dalam Astrologi Islam, demikian jelas Prof. Nasaruddin.

Sementara itu, kerjasama pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi kedua belah pihak ditandatangani oleh Rekror UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., dan Rektor Institute PTIQ, Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA., dalam Nota Kesepahaman Nomor : 088/PTIQ/C.3.3/I/2019 dan Nomor: B-321/Un.02/KS.00.3/01/2019. (Weni/Doni)