Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara Mengkaji Karya Riset Prof. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D. Memahami Slogan: “Kembali Kepada Al Qur’an dan Sunnah” sebagai Kendaraan Menuju Kekuasaan

Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan kegiatan bedah buku karya Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. KH. Yudian Wahyudi, B.A.,B.A.,MA., Ph.D. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Prof. RHA. Soenarjo, SH., kampus setempat, Kamis, 21/3/19. Ratusan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga memenuhi ruangan perhelatan ini. Bedah buku bertajuk “Dinamika Politik- Slogan: “Kembali Kepada Al Qur’an dan Sunnah” di Mesir, Maroko dan Indonesia kali ini menghadirkan tiga narasumber; Dr. Phil Syaifuddin Zuhri, S. Sos., MA. (Penterjemah), Prof. TGS. Dr. KH. Saidurrahman, MA. (Rektor UIN Sumatera Utara) karena berhalangan hadir di gantikan oleh Dr. Azhari Akmal Tarigan, Dr. Phil Sahiron, MA. (Wakil Rektor bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, yang juga Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dengan moderator Dr. KH. Ibnu Burdah, MA.

Mengawali kegiatan ini, ketua panitia, Dr. Ali Imron menyampaikan sambutannya bahwa, buku yang di bedah kali ini merupakan hasil riset yang sangat serius, yang merupakan karya disertasi dari Prof. Yudian. Sudah diterbitkan 3 kali, tahun 2007 dalam bahasa Inggris dengan judul “Back to the Qur’an and the Sunna” as the Ideal Solution to the Decline of Islam in the Modern Age, tahun 2010 dan 2019 dalam bahasa Indonesia. Paparannya merupakan penjabaran yang membandingkan (compare and contrast) dua abad pengaruh slogan “Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah terhadap dinamika politik dan perebutan kekuasaan di tiga negara, Mesir, Maroko dan Indonesia. Gerakan Wahhabi sebagai pengusung slogan ini, dibandingkan melalui teori challenge and response (kesinambungan dan perubahan) dan teori the conflict of center and periphery (konflik pusat versus pinggiran).

Prof. Yudian berhasil mengungkap signifikansi epistemologi dan politik konsep sunnah versus bidah, ijtihad versus taklid dan jabariah (determinisme) versus qadariah (indeterminisme). Prof. Yudian juga berhasil mengungkap bagaimana kaum Wahhabi menjadikan slogan “Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah” sebagai kendaraan menuju pusat kekuasaan. Di Eropa dan Amerika, buku ini marak didiskusikan sebagai materi penting bahwa untuk memahami Al Qur’an dan Sunnah tidak sesederhana yang ditafsirkan kaum Wahhabi. Oleh karena itu Pusat Studi Pancasila dan bela Negara merasa penting untuk membenah karya monumental ini, agar generasi muda Muslim lebih terbuka dalam memahami Al Qur’an dan Sunnah. Tidak terjebak pada pemahaman yang tekstual dan literal. Karena pemahaman yang seperti iki hanya akan memicu konflik antar Muslim dan tidak membawa kemajuan umat Muslim sendiri dan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar dan majemuk.

Prof. Yudian Wahyudi dalam sambutan pembukaannya menyampaikan, melalui karya risetnya ini Prof. Yudian ingin mengingatkan kepada umat Muslim di seluruh belahan dunia, dan lebih-lebih di Indonesia bahwa pemikiran ke-Islaman tidak pernah terlepas dari dinamika politik kebangsaan. Gerakan Islam Wahhabi untuk kembali ke Qur’an dan Sunah yang dipelopori Ibn ‘Abd al-Wahhab, yang kemudian direspon oleh tokoh-tokoh seperti Muhammad ‘Ali Pasha, Al-Afghani, Muhammad ‘bduh, Muhammad Rashid Rida, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb (Mesir), Sultan ‘Abd Allah, Sultan Hasan I, Sultan ‘Abd al-Aziz, Sultan ‘Abd al-Hafiz, Al-Dukkali, Allah al-Fasi (Maroko), Garakan Paderi, Sayyid ‘Uthman, KH. Ahmad Dahlan, Ahmad al-Shurkati, Ahmad Hassan, Kartosuwirjo (Indonesia) membuktikan, ketika pemikiran kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah dipahami secara tekstual/harafiah/literal, tidak pernah bisa membawa kemajuan/kejayaan Islam dan justru selalu memicu konfik dengan penguasa negara. Upaya menuju kekuasaan juga tidak pernah sampai, karena pemahaman secara tekstual membuat umat Islam tidak berdaya, tidak memiliki kekayaan keilmuan apalagi teknologi. Hanya memiliki ilmu tetang tafsir Qur’an dan Sunnah yang sempit dan ketinggalan jaman karena tidak kontekstual dengan peradaban yang semakin maju. Umat Islam hanya bisa menempati posisi sebagai kaum pinggiran yang memimpikan kekuasaan dan tidak pernah tercapai. Tidak bisa menempati posisi-posisi strategi untuk turut serta memajukan bangsa dan negaranya dimana tinggal, karena keilmuan yang tertingal jauh dari kemajuan peradaban. “Jadi gerakan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah yang dipelopori Wahhabi adalah gerakan kekalahan,” kata Prof. Yudian.

Allah SWT melalui perintah Isra’ telah mengisyaratkan memindahkan Rasulullah ke tempat yang maksmur. Shalat 5 waktu sebagai perintah Allah SWT dalam perjalanan Mi’raj Rosulullah mengandung pesan dunia agar umat Islam mendekat pusat air dengan mensyaratkan berwudlu sebelum Shalat, dan bersujud mendekat tanah ketika Shalat. Menurut Prof. Yudian Wahyudi, ada pesan Teologis-Transendental dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Rosulullah, yakni agar umat Islam mendekat tanah air (negara dimana tinggal). Semua itu bisa dicapai oleh umat Islam di Indonesia dengan terus menggelorakan Islam moderat. Maka dengan menyatukan Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara dengan Ma’had pesantren, UIN Sunan Kalijaga ingin melahirkan alumni-alumni yang berpandangan Islam moderat, berpikiran maju dan luas, mencintai tanah air, menyatu dengan sistem negara dan pemerintahan sebagai perwujudan pesan moral dari perjalanan Isra’ Mi’raj Rosulullah.

Saifuddin Zuhri sebagai penterjemah buku Dinamika Politik; Slogan “Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah dalam forum bedah buku ini antara lain menyampaikan, buku karya Prof. Yudian kali ini menceritakan 200 tahun berdirinya negara-negara bangsa dan perkembangan pemikiran Islam. Prof. Yudian berhasil menyandingkan persamaan dan perbedaan pergerakan para tokoh tiga bangsa dengan cermat. Dengan penguasaan literatur (Arab, Inggris, Indonesia) yang luar biasa. Membahasakannyapun seperti layaknya orang berkebangsaan Inggris. Sehingga ia merasa banyak belajar menulis akademik, memacu diri, menulis dalam bahasa Inggris dengan segala kompleksitasnya melalui pekerjaan penterjemahan ini. Menurut Saifuddin Zuhri, melalui karyannya ini, Prof. Yudian telah melakukan pembaharuan metodologi penulisan karya ilmiah.

Sementara itu Prof. Saidurrahman, menyampaikan, buku ini memuat informasi historis gerakan Wahhabi dan pengikutnya. Gerakan Wahhabi punya pengaruh yang begitu luas di banyak negara terutama Mesir, Maroko dan Indonesia. Karya ini mencerminkan bahwa Prof. Yudian adalah intelektual sejati, tak kenal lelah saat melakukan riset, bisa menjadi teladan akademik dan betul kiranya jika dikatakan Prof. Yudian telah melakukan jihat ilmiah. Dalam perjalanan kariernya, tak jarang Prof. Yudian melontarkan kritik kepada ilmuwan Muslim. Tetapi sepertinya tak pernah kena sindrom, ketika mengkritik jadi yang dikritik. Karena Prof. Yudian tak hanya mengkritik, tetapi juga memberi jawaban kenapa Islam mundur.

Melalui karyanya ini, sepertinya Prof. Yudian berharap bahwa pesan untuk kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah jangan hanya menghasilkan harapan yang hampa. Tetapi membawa umat Muslim untuk berpikir kritis agar bisa berharap dari pinggiran menjadi berperan penting bagi kemajuan peradaban bangsa dan negara, bahkan dunia. Dicontohkan dalam pembahasan buku ini bahwa, resonansi pemikiran Ibn. Abd. Wahhab yang begitu luas. Yang membawa harapan hampa maupun yang menghasilkan kemajuan umat Islam. Di Indonesia misalnya; gerakan Paderi mengkitik kaum adat, dibalik itu ada kekuasaan yang akan diambil. Kartosuwiryo menterjemahkan pemikiran Wahhabi untuk memberontak negara, dan tidak membuahkan hasil apa-apa. Ahmad Dahlan yang dari pinggiran merespon dengan menterjemahkan gerakan yang bernuansa intelektual hingga bisa membawa Muhammadiyah berperan penting dalam memajukan bangsa dan negara. Dalam banyak diskusi dengan Prof. Yudian, Prof. Saidurrahman berkesimpulan bahwa, Prof. Yudian memaknai semua resonansi dari Slogan Wahhabi tidak lagi teologis, tetapi penuh nuansa politis. Oleh karenanya beliau berharap, pemikiran kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah dimaknai secara substantif dan kontekstual untuk melahirkan karya-karya yang bermanfaat.

Sementara itu menurut Dr. Sahiron, Buku ini menandai adanya pembaharuan metodologi penelitian. Pembahasannya sangat fokus, sehingga seluruh kalimat menjadi berarti. Argumentasinya meyakinkan pembaca karena ada bukti-bukti sejarah. Memuat referensi yang komprehensif baik dari dunia barat, maupun dunia Islam (Inggris, Perancis, Arab dan seterusnya). Merupakan studi komparatif yang menarik. Dari awal pembahasan sampai akhir, direct, face to face comparative, pembaharuan komparatif yang sangat menarik baik biografinya maupun pemikirannya. Membaca buku ini ada rasa antusias untuk menyelesaikan membaca, ini ciri buku yang menarik. Siapa saja yang ingin tahu perkembangan pemikiran dan politik Islam, baca buku ini, kata Dr. Sahiron. (Weni/Doni)