Rektor UIN Sunan Kalijaga Bagikan Hadiah Total Rp. 100.000.000,- Untuk Para Juara Lomba Tata Upacara Di Puncak Peringatan Hari Santri

Lomba Tata Upacara tingkat nasional dalam rangka memperingati Hari Santri yang ke-4 di kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta usai sudah. Peringatan hari santri di kampus UIN Sunan Kalijaga kali ini diakhiri dengan menggelar acara orasi budaya menghadirkan Raja Ngayogyakarto Hadiningrat, yang juga Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, dan penyerahan hadiah dan penghargaan kepada para juara, Selasa, 22/10/19, bertempat di Gedung Prof. Dr. HM. Amin Abdullah.

Tim yang berhasil menjadi juara pada kompetisi nasional kali ini adalah: SMK N Karangpucung Cilacap meraih juara I, berhak membawa pulang piagam penghargaan, piala dan uang pembinaan sebesar RP. 20.000.000,-. Juara 2 diraih SMA N 2 Purwokerto, berhak membawa pulang piagam penghargaan, piala dan uang pembinaan sebesar Rp. 17.500.000,-. Juara 3 diraih SMK Penerbangan Adi Sucipto, berhak membawa pulang piagam penghargaan, piala dan uang pembinaan sebesar 15.000.000,-. Juara Harapan 1 diraih SMA N 1 Muntilan, Magelang, berhak membawa hadiah piagam penghargaan, piala dan uang pembinaan sebesar 12.500.000,-. Juara harapan 2 diraih SMK N 1 Puring Kebumen, mendapatkan hadiah piagam penghargaan, piala dan uang pembinaan sebesar 10.000.000,-. Juara harapan 3 diraih SMK N 1 Jatiroto Wonogiri, mendapatkan hadiah 7.500.000,-.

Selain itu Rektor UIN Sunan Kalijaga juga memberikan hadiah untuk pemenang beberapa kategori, yakni: pembina upacara terbaik dari SMK N Karangpucung Cilacap mendapatkan uang pembinaan Rp. 2.000.000,- pembawa acara terbaik dari SMA N 2 Purwokerto mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 1.500.000,- pemimpin upacara terbaik dari SMK Penerbangan Adisucipto mendapatkan uang pembinaan sebesar 1.500.000,- pembaca teks pembukaan UUD ’45 terbaik dari SMA N 2 Brebes mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 1.500.000,- pembaca teks janji siswa terbaik dari SMK Penerbangan Adisucipto mendapatkan uang pembinaan sebesar 1.500.000,- pembaca do’a terbaik dari SMK N Karangpucung Cilacap mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 1.500.000,- kelompok pengibar bendera terbaik dari SMK N Karangpucung Cilacap mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp. 3.000.000,- kelompok paduan suara terbaik dari SMK N Karangpucung Cilacap, mendapat uang pembinaan sebesar Rp. 5.000.000,- Disamping itu semua yang juara mendapat piagam penghargaan dan piala.

Sementara itu dalam orasinya, Sri Sultan Hamengkubowono X antara lain menyampaikan bahwa, Peran Santri dan Pesantren tidak lepas dalam mengokohkan eksistensi NKRI. Oleh karena itu, Peringatan Hari Santri Nasional yang ke 4 tahun ini memiliki makna dan filosofi yang dalam bagi bangsa Indonesia. Memperingati Hari Santri berarti juga mengingat kembali peran besar kaum Kyai dan para santri dalam perjuangan melawan penjajah Belanda yang dicanangkan dalam Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari.

Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan dengan pemahaman itu, maka peringatan ini pun juga mendoakan atau mengamini peran historis kaum santri. Mereka yang ikut berjuang dan memiliki peran dalam menjaga keutuhan NKRI, yang tergabung dalam Ormas Islam, seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Mathla’ul Anwar, Al Irsyad. Belum lagi para perwira Pembela Tanah Air (PETA) yang banyak dari kalangan santri.

“Pengaruh kuat kaum santri terlihat juga dalam pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Bung Tomo, pahlawan nasional yang terkenal dengan pidato yang menggetarkan itu, bisa menyatukan rakyat Indonesia di bawah kalimat Takbir. Allahu Akbar, yang kemudian disusul dengan pekik Merdeka! Dari peristiwa ini, dapat dipahami, perjuangan bangsa Indonesia tidak terlepas dari perjuangan kaum santri.” tutur Sri Sultan Hamengku Buwono X dihadapan ratusan mahasiswa dan siswa sekolah pemenang lomba Tata Upacara Bendera.

Lebih lanjut Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan pada masa modern ini, peran santri tetap penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Perjuangan menegakkan kalimat Allah pun terlihat jelas sebagai perjuangan kaum santri. Terdapat dua tantangan utama bagi kaum santri pada masa kini. Pertama, adalah stigma buruk pada agama Islam karena banyaknya pelaku terorisme melawan bangsa sendiri. Kedua adalah radikalisme dan terorisme yang menyasar kaum santri.

Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X stigma buruk terhadap umat Islam pada masa kini perlu diperbaiki melalui perjuangan kaum santri. Stigma yang membuat buruk citra umat Islam dan kaum santri adalah ketertinggalan. Banyak yang beranggapan bahwa menjadi santri di pesantren membuat santri tidak bersentuhan dengan dunia globalisasi dan sulit tanggap terhadap kemajuan zaman.

“Padahal, pada masa kini, sudah banyak pesantren yang mampu menyeimbangkan pengajaran agama dengan ilmu keduniaan. Pada akhirnya, ilmu agama perlu dijadikan pondasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang kini ada. Selain itu, juga menjadi benteng melawan radikalisme dan terorisme yang menyalahgunakan ajaran Islam.” kata Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan penetapan Hari Santri Nasional tahun 2019 yang bertemakan: “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia” ini, konsekuensinya tidak hanya untuk mempererat ukhwah Islamiyah saja, tetapi juga demi solidaritas kemanusiaan, ukhuwwah insaniyah. Selian itu juga untuk meneladani semangat para pejuang, khususnya meneladani semangat jihad kepada para santri muda tentang mencintai tanah air yang digelorakan para ulama.

Sementara itu Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, BA., BA., MA., Ph.D. mengatakan nikmat yang paling mahal dari bangsa ini adalah rasa kesatuan dan persatuan Republik Indonesia. Kemudian kita sendiri harus bersyukur atas nikmat itu dengan memaksimalkan potensi positif dan menekan potensi negatif.

Demikian juga para santri, para santri era kini hendaknya berjuang keras memaksimalkan potensi positif keluar batas dunia pesantren. Mengaji dan pengkaji ilmu dunia di luar pesantren, agar para santri bisa membuktikan keunggulannya pada dunia dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih dari pengetahuannnya tentang al Qur’an dan Hadis. “Kita tetap memberikan sumbangsih ke negara. Kita mengajak generasi muda dan santri untuk menjaga persatuan dengan melatih diri hormat bendera. Bendera adalah simbol persatuan, jika simbol ini tidak dihargai maka runtuhlah persatuan dan kita akan bercerai-berai tanpa nilai berarti.

“Hormat bendera bagi umat muslim Indonesia merupakan sebagian cermin keimanan. Di balik penghormatan itu ada perjanjian kenegaraan yaitu sebagai warga bangsa dan negara Republik Indonesia.” Kata Yudian. (Tim Humas)