Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Adakan Konferensi Internasional

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengadakan AICONICS (Adab- International Conference on Information and Cultural Sciences), bertempat di ruang teatrikal, kampus Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Rabu, 23/10/19. Ini merupakan konferensi international pertama yang diselenggarakan oleh Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. KH Yudian Wahyudi MA., Ph.D., menyatakan dukungannya atas penyelenggaran konferensi tersebut. Prof. Yudian Wahyudi berharap dengan diadakannya berbagai konferensi skala international ini dapat memacu peningkatan kualitas sumber daya yang ada di UIN Sunan Kalijaga dalam rangka mewujudkan World Class University khususnya dalam bidang Islamic Studies.

Sementara itu, tema yang diangkat pada diangkat pada forum ini adalah “Cultural Literacy and Islam in the Post -Truth Society”. Sesi Plenari pada pembukaan konferensi ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi dengan pemaparan materi oleh keynote speaker Prof. Drs. KH Yudian Wahyudi MA., Ph.D., dan Achmad Charris Zubair dari Universitas Gajah Mada. Sedangkan sesi kedua diisi oleh empat pemateri yang berbeda dari beberapa negara, yaitu Prof. Dr Paul Nieuwenhusyen dari Vrijie Universiteit Brussel, Belgium; Dr. David Perrodin dari Eastern Asia University, Thailand; Prof. Dr. Machasin, M.A., dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; dan Prof. Dr. Suliman Hassan Suliman dari Refak University, Tripoli, Libya.

Dr. Witriani, M. Hum., selaku ketua panitia penyelenggara kegiatan melaporkan bahwa pelaksanaan konferensi international ini bertepatan dengan ulang tahun Fakultas Adab dan Ilmu Budaya yang ke-59. Sebagai kegiatan tambahan, juga diadakan culture nightdan culture visityang akan diikuti oleh seluruh peserta konferensi. Culture nightmerupakan kegitan inagurasi dan kebudayaan. Sementara itu, Culture visitmerupakan kunjungan ke beberapa tempat yang ada di Jogja seperti Keraton, Prambanan dan sebagainya. Harapannya, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya dapat mengadakan seminar internasional setiap tahunnya dengan mengundang para pakar dari penjuru dunia dalam bidang ilmu-ilmu keadaban.

Pada kesempatan tersebut, Achmad Charris Zubair menjelaskan bahwa sesungguhnya hoax jauh sudah ada sejak zaman dahulu. Akan tetapi, pada abad 21 yang juga dikenal dengan istilah post truth societyiniterjadi fenomena dimana semua orang dapat menyebarkan informasi yang disebar tanpa koreksi. Kemudahan yang dihadirkan teknologi informasi dan teknologi komunikasi menjadikan informasi menyebar tak terkendali dan mampu menjangkau batas ruang dan waktu. Kecepatan yang hadir pada zaman ini menjadikan orang-orang kehilangan ruang untuk refleksi diri dan merenung. Jari-jari dalam menyebar informasi bekerja lebih cepat dari nalar yang seharusnya digunakan untuk merenungkan kebenaran informasi yang disebarkan.

Achmad Charris Zubair berpesan bahwa jangan sampai kita kehilangan nilai-nilai kemanusaia yang luhur pada era apapun kita berada. Baginya nilai kemanusia inilah yang akan menjadi rem dan pengendali agar kita dapat mengontrol diri dalam menyebarkan informasi yang seringkali dirasuki oleh emosi agama, ideologi, ras dan sebagainya.

Prof. Dr Paul pada kesempatan tersebut membawakan materi tentang “Information Search by Image and Applications in the Humanities, sedangkan Dr. David menghadirkan pemaparan tentang “Individual Difference in English Language Teaxhing”. Pada kesempatan yang sama, sebagai pembicara ketiga Prof. Dr. Machasin, M.A. menyampaikan pesan melalui materinya yang berjudul “Hoax in Islamic History”berkaitan tentang sikap yang seharusnya dimiliki dalam menghadapi maraknya penyebaran hoas pada post truth societyyaitu, tidak menanggapi hoax secara negatif atau tanpa mengambil sisi positifnya dan tidak mudah menerima informai tanpa ada bukti yang pasti. Terakhir, Prof. Dr. Suliman Hassan Suliman pada kesempatannya menjelaskan bagaimana realitas bahasa Arab dan sastra pada tahap revolusi musim semi Arab. (Aulia-Mahasiswa)