SANG "ULUL AL-BAB" YANG RENDAH HATI DAN MEMILIKI VISI

Prof. Dr. Susiknan Azhari


Jalan-jalan ke toko buku
Di sana membeli buku
Selamat Milad
ke 70 ustadku
Semoga Allah memberkahimu






Pada hari Senin 5 Safar 1445 H bertepatan dengan tanggal 21 Agustus 2023 M dilakukan Seminar dan Launching Buku Biografi Prof. Siswanto Masruri, M.A., bertempat di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Prof. Siswanto Masruri merupakan salah seorang tokoh penting di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), khususnya di lingkungan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam kehidupan sehari-hari beliau lebih senang dipanggil "Pak Sis". Pemikiran-pemikirannya untuk memajukan lembaga terus mengalir melalui rapat-rapat, diskusi, dan berbagai tulisannya. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI seringkali dirasa kurang adil dan tidak mempertimbangkan "kemaslahatan" arus bawah, seperti PMA No. 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada PTKIN.

Dalam kasus PMA No. 68 Tahun 2015 beliau termasuk salah seorang yang mengkritisi dan menganggap PMA ini wasting time, wasting money, kurang efektif dan kurang efisien, khususnya perspektif manajemen modern. Terbukti banyak pimpinan di lingkungan PTKIN berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pimpinan Perguruan Tinggi yang diperlukan tidak semata-mata kecerdasan intelektual. Tetapi yang diperlukan kemampuan leadership, kecerdasan emosial, dan kecerdasan spiritual.

Beliau juga mengatakan mengapa kurang efektif dan kurang efisien adalah karena PMA No. 68 Tahun 2015 mengharuskan proses yang panjang melalui banyak terminal : Senat Universitas - Rektor - Menteri - Dirjen - Komisi Seleksi (Komsel) - Menteri (Menteri menerima tiga nama dari Komsel). Beberapa pihak menduga Komisi Seleksi tidak terlalu mengerti siapa calon Rektor/Ketua karena mereka mengenal para calon dari jauh. Beberapa pihak meyakini bahwa anggota Senat lebih mengerti calon Rektor/Ketua karena mereka mengenal para calon dari dekat dan lama.

Dalam berbagai diskusi beliau selalu menyuarakan perlunya kajian ulang tentang keberadaan PMA No. 68 Tahun 2015. Salah satunya di Forum Guru Besar PTKIN. Banyak pihak yang mendukung gagasan Pak Sis. Namun bagi kelompok yang merasa diuntungkan menilai kehadran PMA No. 68 Tahun 2015 lebih baik dan maslahah agar tidak terjadi keterbelahan dan politik aliran di Lingkungan PTKIN. Kenyataannya implementasi PMA No. 68 Tahun 2015 justeru lebih mafsadah dibandingkan peraturan sebelumnya. Semuanya tergantung yang maha kuasa disana.

Pak Sis dikalangan santriwatinya sering disebut sebagai ustad "Yakfi li an-Naum" memiliki jaringan yang sangat luas sehingga tidak salah Prof. Amin Abdullah menjulukinya sebagai "Lobbiyist" atau "Sang Ulul al-Bab", pelobi yang handal. Tidak semua orang memiliki keahlian seperti beliau. Selain sebagai "Ulul al-Bab" beliau juga sangat memahami berbagai peraturan dan sangat teliti. Hal ini nampak dalam mengkaji berbagai perundang-undangan tentang pendidikan dan kelembagaan.

Penulis sangat bersyukur bisa belajar bersama Pak Sis, khususnya saat memimpin Senat Universitas UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pada masa kepemimpinan beliau banyak melakukan terobosan dan legasi yang perlu diteladani. Pertama, beliau sosok yang humoris dan menghindari one man show sehingga setiap aktivitas selalu melibatkan sekretaris. Bahkan tidak jarang beliau meminta masukan dari komisi-komisi ketika menyelesaikan perkara. Humor-humor yang disajikan selalu menghidupkan suasana sehingga persoalan yang berat bisa diselesaikan dengan senyum gembira.

Kedua, memuliakan tamu. Beliau memiliki prinsip "Ikramu ad-duyuf" sebagaimana diisyaratkan dalam sebuah hadis yang artinya "Barangsiapa beriman sebenar-sebenarnya kepada hari Akhir hendaklah memuliakan tamu". Hadis ini sangat menginspirasi beliau sehingga apabila ada tamu yang berkunjung ke Senat Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta beliau berusaha melayani dengan baik sebagai tanda penghormatan kepada para tamu. Agama Islam juga mngajarkan setiap tamu membawa rezeki. Beliau ingin merubah paradigma yang mengesankan UIN Sunan Kalijaga kurang maksimal dalam melayani para tamu.

Ketiga, memikirkan ruang dosen yang lebih layak sehingga mereka bisa bekerja lebih nyaman dan maksimal dengan karya-karya yang monumental sesuai bidang yang ditekuni. Untuk itu beliau selalu berkomunikasi dengan para pimpinan agar ruang dosen dilayout ulang. Para pimpinan tidak hanya menuntut para dosen supaya aktif berkantor tetapi sarana dan prasarana tidak diperhatikan. Selain itu sarana prasarana perkuliahan juga perlu ditingkatkan sebagai bukti pelayanan kepada para mahasiswa. Saat ini masih banyak ditemukan pengelolaan LCD belum standar. Padahal yang diinginkan menuju "World Class University".

Pak Sis sangat mendukung kemajuan lembaga. Namun para pimpinan harus memikirkan persoalan "dalam negeri" semaksimal mungkin agar tidak ada keretakan kata dan laku. Ibarat seorang penjual yang menyebutkan barang yang dijual berkualitas internasional. Tetapi realitasnya barang tersebut belum memenuhi standar untuk berkompetisi tingkat global. Oleh karena itu beliau selalu mengingatkan agar persoalan adminisitrasi "dalam negeri" diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu baru melangkah lebih jauh sesuai visi yang disepakati bersama. Dengan kata lain "internasionalisasi" harus diimbangi sarana dan prasarana yang memadai.

Keempat, memikirkan ruang senat dan toga yang baru. Pada masa akhir jabatan, Pak Sis masih memikirkan untuk kepentingan kemajuan lembaga. Dalam waktu relatif singkat ruang senat yang awalnya sangat sempit dan terbatas "disulap" menjadi indah dan luas. Padahal masa jabatan beliau tinggal beberapa bulan. Hal ini menunjukkan Pak Sis tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi tetapi beliau memiliki visi agar pimpinan senat pengganti beliau dapat bekerja lebih baik dan melanjutkan hal-hal baik yang telah diwariskan. Begitu pula persoalan toga selama berpuluh-puluh tahun tidak ada evaluasi dan tidak ada yang memikirkan. Akhirnya beliau mendiskusikan dan disepakati perubahan toga baru.

Kelima, beliau sosok pemimpin yang dermawan. Pak Sis memiliki perhatian yang tinggi kepada para tenaga kependidikan. Seringkali beliau berbagi makanan bahkan uang kepada para tenaga administrasi dan SATPAM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam rapat komisi beliau sering membawa makanan dan mentraktir makan siang. Sesekali beliau menyampaikan sambil bercanda bagaimana makan siang hari ini iuran bersama. Sekiranya tidak setuju, kata beliau saya akan membayarnya. Sebetulnya beliau sangat mampu untuk mentraktir setiap pertemuan. Namun dibalik ungkapan tersebut tersirat pesan yang mendalam.

Pesan yang bisa ditangkap ajakan iuran bersama makan siang di atas adalah agar orang yang memilki harta berlebih hendaknya memerhatikan pihak lain yang kurang mampu. Tidak jarang orang yang memilki jabatan dan harta berlebih lupa diri dan "pelit" berbagi. Tentu saja sikap dermawan tidak tiba-tiba tetapi melalui proses panjang. Biasanya telah terlatih sejak kecil dan dicontohkan oleh kedua orang tua. Selanjutnya menjadi terbiasa dan perilaku dermawan dibawa sampai dewasa.

Demikian catatan ringan semoga bermanfaat. Tentu saja masih banyak hal postif yang bisa diungkapkan. Namun keterbatasan waktu dan halaman dicukupkan sekian. Barakallahu Fikum Wa Hayatikum.