NABI DAN TELADAN KEADILAN

NABI DAN TELADAN KEADILAN

Oleh Dr. Hamdan Daulay, M.A. Ketua Program Magister KPI UIN SunanKalijaga Yogyakarta

Setiap kali memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW (maulid Nabi), selalu dikenang berbagai teladan. Begitu banyak teladan yang diberikan nabi kepada masyarakat, hingga saat ini masih relevan untuk diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa. Teladan yang ditunjukkan nabi, mulai dari komitmen pada keadilan, keegaliteran, kejujuran, perhatian pada kaum miskin dan anak yatim. Keunggulan nabi dalam memberi teladan kepada masyarakat, tidak hanya sebatas retorika dan pencitraan, namun Nabi bisa mewujudkan satunya kata dengan perbuatan. Sehingga tidak ada masyarakat yang merasa dibohongi dari ucapan nabi. Karena nabi juga adalah teladan kejujuran, dengan selalu memperhatikan setiap kata dan janji yang diucapkan. Nabi selalu berusaha menepati janji yang disampaikan kepada masyarakat.

Berbeda dengan politisi saat ini yang suka pencitraan dan mengumbar janji palsu. Mereka tidak peduli dengan berbagai janji yang diberikan kepada masyarakat. Bagi politisi janji politik hanyalah sebatas retorika kampanye yang tidak perlu diwujudkan walaupun masyarakat merasa dibohongi dan tertipu akibat janji palsu yang disampaikan. Politisi tidak perduli dengan rasa keadilan bagi masyarakat, karema sesungguhnya target utama politisi adalah mendapat dukungan suara masyarakat dengan berbagai cara. Kejujuran dan keadilan akhirnya hanya sebatas permainan retorika politik saat ini. Padahal nabi sudah mengajarkan dan memberi teladan, betapa pentingnya kejujuran dan keadilan, baik dalam ucapan maupun tindakan.

Pesan keadilan dan kejujuran menjadi bagian penting dalam peringatan maulid nabi Muhammad SAW. Masyarakat Arab yang dilanda peradaban jahiliyah waktu itu terjebak dengan kuatnya permusuhan antar suku, fitnah, ujaran kebencian, merendahkan hak-hak perempuan, hingga perbudakan dan kesenjangan sosial. Kelahiran nabi dan tugas dakwah yang dilaksanakan sepanjang hayatnya adalah untuk mencegah peradaban jahiliyah, sehingga muncul masyarakat madani yang menghargai nilai-nilai keadilan, kejujuran dan kesetaraan sosial. Ajaran Islam tidak membolehkan perbudakan, dan tidak membolehkan penindasan yang kuat pada yang lemah. Islam memiliki komitmen yang kuat pada nilai-nilai keadilan, kejujuran dan keberpihakan pada kaum lemah yang tertindas.

Melalui pesan-pesan dakwah yang sejuk, humanis dan penuh keteladanan, nabi berhasil mewujudkan kerukunan dan keadilan di tengah masyarakat. Kekerasan dan pertumpahan darah yang sering terjadi antar kelompok berubah menjadi saling mencintai karena nilai-nilai ukhuwah islamiyah. Egoisme kesukuan dan kelompok yang dianut masyarakat jahiliyah selama ini membuat mereka tidak bisa berpikir jernih, sehingga begitu mudah terjerumus pada permusuhan dan konflik. Peradaban jahiliyah waktu itu identik dengan kekerasan, permusuhan dan merendahkan hak-hak perempuan.

Di era modern saat ini ternyata budaya jahiliyah baru masih terus membelenggu kehidupan masyarakat. Berbagai tindakan negatif, mulai dari ujaran kebencian, ketidakadilan, kekerasan hingga penggusuran warga miskin, masih terus terjadi. Tragedi kemanusian yang memilukan masih terus terjadi di tengah masyarakat dengan rentetan korban jiwa akibat berbagai kekerasan, fanatisme yang berlebihan hingga kemiskan di tengah masyakat karena korupsi yang merajalela dari elit politik. Korupsi yang terjadi saat ini membuat nilai-nilai keadilan berantakan dan masyarakat terpuruk dalam kemiskinan.

Sejatinya pesan keadilan menjadi esensi utama dalam peringatan maulid nabi Muhammad SAW. (Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, 1995: 118). Karena setiap kali bicara tentang sejarah kelahiran Nabi, selalu terkait dengan kondisi masyarakat Arab pada waktu itu yang dilanda peradaban jahiliyah. Kelahiran Nabi bagaikan cahaya bagi masyarakat Arab yang dilanda kegelapan dengan budaya perbudakan, perang antarsuku, hingga maraknya fitnah dan ujaran kebencian. Kehadiran nabi untuk membawa pesan dakwah tentang pentingnya nilai keadilan bagi umat manusia. Tidak boleh ada perbudakan, tidak boleh ada penindasan yang kuat pada yang lemah, tidak boleh merendahkan hak-hak perempuan. Sehingga masyaraat mendapat kesetaraan dan keadilan dalam semua aspek kehidupan.

Dakwah nabi adalah ibarat lentera kehidupan yang memberi cahaya dan menerangi umat manusia dari nestapa kegelapan. Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, dengan rapuhnyna akhlak, dakwah diharapkan mampu memberi cahaya terang. Maraknya ketidakadilan, kemiskinan dan krisis moral dewasa ini menjadi tantangan tersendiri dalam tugas dakwah di tengah masyarakat. Model dakwah yang hadir di tengah umat saat ini masih dominan dengan retorika.

Momentum maulid nabi selalu terkait dengan penguatan dakwah dengan melihat berbagai teladan yang ditunjukkan nabi selama ini. Para tokoh politik bangsa saat ini perlu terus dikuatkan dengan pesan-pesan dakwah, agar mereka memiliki komitmen yang kuat pada nilai-nilai kejujuran, keadilan dan penguatan moral (akhlak). Bagaimana pesan yang terkandung dalam al-Qur’an melalui dakwah dapat menggugah kesadaran dan menggerakkan partisipasi nyata di tengah masyarakat. Dakwah yang baik diharapkan bisa memberi kesejukan, keadilan dan kedamaian bagi masyarakat (*)

( Dr. Hamdan Daulay, M.A. Ketua Program Magister KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).