Refleksi Bermasker dan Bermedsos

Refleksi Bermasker dan Bermedsos

Oleh: Thoriq Tri Prabowo, M.IP.

Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Penulis BukuMemperebutkan Ruang Publik Virtual

Belakangan ini dikabarkan jumlah angka positif corona virus disease 2019 (covid-19) meningkat. Peningkatan tersebut tentu tidak hanya disebabkan oleh satu atau dua sebab saja, melainkan ada persoalan kompleks yang melatar-belakanginya. Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak sederhana ini memerlukan tinjauan dari pelbagai perspektif.

Publik yang telanjur telah hidup di dua dunia, yakni dunia nyata dan dunia maya selalu menemukan relevansinya untuk turut disorot atas terjadinya peningkatan angka kasus positif covid-19 tersebut. Hipotesa tersebut tidaklah tanpa dasar. Apa yang terjadi di dunia maya berimplikasi terhadap dunia nyata, begitu pula sebaliknya.

Bertautan Erat

Sejak terma new normal mulai banyak digunakan di dunia maya dan pelbagai media, publik menjadi tersihir dan menganggap bahwa dunia seakan-akan sudah memenangi peperangan melawan covid-19. Padahal belum. Hal tersebut ialah salah satu contoh bahwa dunia nyata dan dunia maya bertautan erat. Artinya sinergi atas keduanya menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi.

Media sosial (medsos) banyak digunakan sebagai media pertemuan virtual. Fenomena tersebut tidak lain ialah karena adanya kebijakan physical distancing yang sangat membatasi interaksi fisik. Upaya reorientasi ruang sosial dari yang semula fisik ke ruang virtual tentu bukan perkara mudah. Namun seiring berjalannya waktu, publik seperti sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut.

Terdapat peluang sekaligus tantangan bermedsos di tengah pandemi ini. di satu sisi medsos bisa menjadi media yang sangat efektif untuk mengkampanyekan pola hidup sehat, namun di sisi lain brutalnya persebaran informasi bisa saja berakibat fatal. Meningkatnya angka kasus positif covid-19 lantaran adanya disinformasi, misinformasi, dan atau malinformasi misalnya.

Sejak covid-19 mewabah, mengenakan masker ialah salah satu protokol kesehatan yang disarankan oleh pemerintah. Masker tersebut kemudian menjadi simbol yang kehadirannya menunjukkan bahwa dunia memang tidak sedang baik-baik saja. Di hampir setiap penjuru bahkan terlihat kampanye untuk mengenakan masker. Bermasker kemudian menjadi kebiasaan baru. Bahkan akan nampak aneh apabila seseorang keluar rumah tanpa mengenakan masker.

Bermasker yang kini menjelma menjadi trend pun menemukan relevansinya selain untuk menjaga kesehatan. Tidak jarang kita menemukan aneka model masker yang sangat menarik dengan harga yang juga variatif. Selain menjadi moda fashion, masker kemudian membuka peluang bisnis baru bagi beberapa orang.

Kontraproduktif

Menjaga diri, keluarga, dan lingkungan dengan mengetatkan aturan untuk bermasker nyatanya masih belum cukup untuk menekan angka kasus positif covid-19. Publik perlu lebih dari sekadar itu. Publik perlu mendapatkan asupan pengetahuan lainnya mengenai banyak hal yang berkaitan dengan covid-19 tersebut.

Satu hal sederhana yang dapat menjadi contoh ialah durasi waktu maksimal dalam mengenakan masker kain. Banyak ahli yang mengatakan bahwa masker kain baik digunakan tidak lebih dari empat jam. Publik yang sudah merasa aman karena mengenakan masker namun tidak mendapati informasi sederhana semacam itu maka upayanya menjadi sia-sia. Alih-alih terhindar dari virus, abainya publik terhadap informasi kesehatan justru bisa berdampak sebaliknya.

Informasi kesehatan memang mudah sekali didapatkan di dunia maya. Namun publik juga perlu jeli dalam mengonsumi pelbagai informasi di dunia maya. Pasalnya, informasi yang ada di dalamnya terkadang tidaklah selalu benar, terlebih informasi yang tersebar di medsos. Informasi di medsos tidak langsung begitu saja bisa dikonsumsi tanpa melalui prose verifikasi. Begitu pula dalam memproduksi informas di medsos, publik juga perlu sangat berhati-hati.

Upaya menjaga kesehatan yang dilakukan dengan mengenakan masker bisa saja menjadi sia-sia lantaran publik tidak bermedsos dengan bijak. Begitu pula upaya bermedsos dengan bijak juga bisa saja kontraproduktif apabila publik enggan mengenakan masker atau menaati protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemangku kebijakan.

Untuk menekan angka persebaran covid-19 memang bukan persoalan yang mudah, namun ikhtiar tersebut wajib untuk terus diupayakan. Refleksi atas hal-hal yang sudah dilakukan ialah awalan yang baik untuk melakukan pembenahan. Hasil dari kontemplasi tersebut lah yang kemudian akan menjadi bahan evaluasi seluruh pihak.

Upaya untuk mencegah persebaran covid-19 dari dunia nyata maupun dunia maya perlu bersinergi untuk membuahkan hasil yang maksimal. Upaya yang dilakukan di dunia nyata memang ikhtiar fisik yang implikasinya dapat dirasakan secara langsung. Namun hal ini perlu ditopang oleh adanya informasi yang sehat yang berada di dunia nyata. Begitu pula sebaliknya. Dengan melakukan aktivitas luring maupun daring secara bijak dan proporsional diharapkan mampu menekan angka persebaran covid-19.