WhatsApp Image 2025-07-22 at 14.11.26.jpeg

Selasa, 22 Juli 2025 14:01:00 WIB

0

Melalui PKDP 2025, Dirjen Pendis Tekankan Dosen Punya Wawasan Global dan Kepekaan Akademik

Pendidikan tinggi memiliki peran strategis dalam membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dalam konteks ini, dosen menjadi aktor utama yang memikul tanggung jawab akademik, sosial, dan peradaban. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dosen terus dilakukan secara terencana, salah satunya melalui program Peningkatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP) 2025 yang diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melalui Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Amien Suyitno, saat menjadi narasumber PKDP 2025 pada Senin (21/7/2025) melalui zoom meeting menekankan pentingnya pengelolaan profesi dosen secara profesional. Menurutnya, menjadi dosen bukan sekadar pekerjaan rutin, melainkan panggilan profesi yang memiliki makna strategis dalam mencetak generasi unggul bangsa.

“PKDP merupakan langkah penting yang harus ditempuh oleh dosen untuk menjadi dosen yang baik di masa depan. Profesi dosen adalah panggilan yang memiliki arti dan makna strategis,” tuturnya.

Ia menambahkan, pengembangan dosen perlu dirancang dengan pendekatan yang terstruktur dan terukur. PKDP hadir sebagai bagian dari ekosistem pengembangan dosen, agar sejak awal para dosen dibina menjadi tenaga pendidik profesional yang memahami betul tantangan global disamping nasional dan lokal.

Prof. Suyitno menyoroti pentingnya dosen memiliki wawasan global. Menurutnya, tantangan dunia saat ini, seperti ketidakpastian ekonomi global, menuntut dosen untuk memiliki sensitivitas akademik yang tinggi dalam membaca isu global dan mengonversinya menjadi riset dan pengabdian yang relevan.

“Kita memiliki fakultas dan program studi  serta riset yang sangat relevan untuk menjawab isu-isu global. Karena itu, saya mengajak para dosen untuk membaca realitas global secara cermat, melakukan kontekstualisasi, dan mengarahkannya pada riset dan pengabdian kepada masyarakat,” imbuhnya.

Selain itu, isu kemiskinan dan kesenjangan sosial juga menjadi perhatian penting. Prof. Suyitno mendorong dosen untuk tidak hanya fokus pada aspek teoretis akademik, tetapi juga menyentuh realitas sosial dengan melakukan riset berbasis pengabdian masyarakat, termasuk bekerja sama dengan lembaga-lembaga filantropi dan Basnas sebagai salah satu Lembaga untuk mengentaskan problem tersebut.

Dalam kesempatan tersebut, Dirjen Pendis juga menyinggung pentingnya ekoteologi, yaitu kesadaran ekologis berbasis teologi, dalam menjawab tantangan lingkungan hidup. Menurutnya, dosen memiliki peran strategis dalam menanamkan kepedulian terhadap alam melalui edukasi, penelitian, dan aksi nyata yang terukur serta berkelanjutan.

Terkait daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara, Prof. Suyitno menyampaikan bahwa tantangan global competitiveness Indonesia perlu dijawab dengan optimisme dan kerja keras seluruh elemen bangsa, termasuk para dosen.

“Program SDM Unggul yang dicanangkan Presiden merupakan peluang besar bagi kita semua untuk berkontribusi dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Dalam konteks itulah, PKDP diinisiasi sebagai upaya untuk menyiapkan dosen-dosen yang mampu mengembangkan potensinya secara optimal, sekaligus memaknai dan menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan sungguh-sungguh,” tegasnya.

Ia juga menegaskan bahwa terdapat sejumlah program prioritas Ditjen Pendis yang dapat diimplementasikan dosen, yakni pendidikan unggul yang dapat dilakukan dengan integrasi Islamic studies dengan ilmu pengetahuan modern, serta adaptasi teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam praktik pembelajaran dan penelitian di PTKIN.

Melalui PKDP yang diikuti 223  dosen dari berbagai PTKIN di Indonesia yang  akan berlangsung hingga 30 Juli 2025 ini, diharapkan lahir generasi dosen yang profesional, transformatif, dan siap menjadi pilar penting dalam memajukan pendidikan tinggi keagamaan Islam Indonesia di era global.(humassk)