Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Noorhaidi Hasan, menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang diwakili oleh Ketua Bidang Infokom, KH Masduki Baidlowi. Penandatanganan ini menjadi simbol komitmen kedua institusi dalam memperkuat literasi digital yang sehat, produktif, dan berlandaskan nilai keislaman wasathiyah.
Penandatanganan ini berlangsung dalam rangkaian kegiatan Infokom MUI Goes to Campus yang diselenggarakan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan mengusung tema “Optimasi Mu’amalah Digital secara Sehat dan Produktif” Rabu (24/9/2025) bertempat di Ruang Teatrikal Lt 4 Fakultas Kedokteran kampus setempat
Acara turut dihadiri oleh jajaran pimpinan universitas, meliputi jajaran wakil rektor, direktur pascasarjana, serta segenap dekan fakultas. Sementara itu ari pihak MUI, hadir Ketua Bidang Infokom, KH Masduki Baidlowi; Ketua Komisi Infokom, KH Mabrur, M.S.; serta Ketua MUI DIY sekaligus Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Prof Dr Machasin, beserta pihak terkait.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr Abdur Rozaki, dalam sambutannya menekankan pentingnya sinergi antara UIN Sunan Kalijaga dan MUI dalam menghadapi dinamika digitalisasi. Menurutnya, sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN) tertua dengan populasi mahasiswa sekitar 25.000 orang dari berbagai wilayah Indonesia, UIN Sunan Kalijaga memiliki posisi strategis dalam mengarusutamakan literasi digital di kalangan generasi muda.
Menurutnya, mahasiswa perlu memperoleh pembekalan sistematis mengenai prinsip bermua’malah di ruang digital secara sehat dan produktif, agar mampu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sekaligus ditransmisikan secara konstruktif kepada masyarakat luas.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi Infokom MUI, KH Mabrur, mengungkapkan pentingnya kegiatan ini dalam membangun optimasi mua’malah digital. Pasalnya, mahasiswa memiliki posisi sentral sebagai agen utama dalam menghadapi era digital, termasuk perkembangan teknologi artificial intelligence (AI).
“Mahasiswa diharapkan mampu menjadi “guru” yang baik bagi AI dengan cara memberikan asupan berupa konten-konten positif. Dengan demikian, sistem kecerdasan buatan akan menghasilkan keluaran yang konstruktif dan bermanfaat. Harapannya, mahasiswa tidak hanya berhenti sebagai konsumen informasi digital, tetapi juga mampu tampil sebagai kreator konten yang bernilai.,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa kolaborasi antara MUI dan UIN Sunan Kalijaga merupakan agenda bersama yang strategis. “Apabila sinergi ini terjalin dengan baik, hasilnya akan sangat konstruktif bagi penguatan literasi digital dan dakwah Islam wasathiyah,” tambahnya.
Sementara itu, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof Noorhaidi Hasan, tampil sebagai keynote speech, menyoroti dampak besar perkembangan teknologi digital terhadap kehidupan keagamaan. Mengawali paparannya, ia mengungkapkan bahwa sejak tiga dekade terakhir telah terjadi disrupsi besar dalam pola interaksi sosial, termasuk dalam hubungan keagamaan.
“Selama ini ulama menjadi model, penjaga moral, dan keadilan. Namun dengan perkembangan teknologi digital, hampir semua orang kini bisa ikut ambil bagian dalam diskusi tafsir dan otoritas keagamaan. Batas-batasnya menjadi cair,” ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut menimbulkan persoalan mendasar, siapa yang bisa memastikan validitas pandangan keagamaan di ruang digital? Apakah sesuai dengan kaidah istinbath hukum jika berupa fatwa? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menjadi tantangan serius yang perlu dijawab secara kritis.
“Ketika wacana keagamaan sudah masuk ke ruang digital, tidak ada lagi otoritas tunggal yang mengikat. Yang paling menentukan justru apakah pandangan seseorang diterima atau tidak oleh khalayak. Itu terkait erat dengan kemampuan memanfaatkan teknologi digital untuk menjangkau audiens seluas mungkin, sekaligus memberikan konseling bagi mereka yang membutuhkan,” paparnya.
Prof. Noorhaidi menambahkan, kini muncul fenomena baru berupa “ulama digital” dan audiens baru yang dibentuk oleh algoritma. “Tampilan seorang ulama berpengaruh besar pada tingkat engagement dengan audiens. Fenomena ini menuntut kita memiliki tanggung jawab besar untuk menavigasi arah perkembangan ruang digital, terutama terkait informasi keagamaan, mana yang memberi pencerahan, dan mana yang bisa menuntun ke arah yang tepat untuk masa depan,” tegasnya.
Di era yang serba instan ini, Rektor juga mengingatkan mahasiswa agar tidak tercerabut oleh teknologi. Menurutnya, algoritma sering kali menggiring masyarakat hanya untuk mengonsumsi hiburan tanpa perlu berpikir keras. “Karena itu, mahasiswa harus mampu menjadi influencer yang produktif di media sosial, melahirkan konten yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Kita harus berkomitmen untuk mengawal moral bangsa sekaligus menuntun arah masa depan umat,” ujarnya.
Sebagai penegasan akademis, acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel menghadirkan dua narasumber, yakni Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof Dr Moch Nur Ichwan, dan Ketua Bidang Infokom MUI KH Masduki Baidlowi. Forum ini menghadirkan ruang reflektif sekaligus dialogis, yang tidak hanya menguatkan sinergi antara kampus dan MUI, tetapi juga memberikan arah strategis bagi civitas akademika dalam mengembangkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan di era digital.(humassk)