WhatsApp Image 2025-10-22 at 10.05.12.jpeg

Rabu, 22 Oktober 2025 09:55:00 WIB

0

UIN Sunan Kalijaga Gelar Apel Hari Santri 2025: Meneguhkan Spirit Keilmuan Santri dalam Membangun Peradaban

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Noorhaidi Hasan, bertindak sebagai pembina apel dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang digelar di halaman Gedung Pusat Administrasi Umum (PAU) pada Rabu (22/10/2025). Apel pada kali ini diikuti oleh segenap civitas akademika, mulai dari dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, hingga petugas keamanan.

Dengan tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”, peringatan Hari Santri kali ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ia menjadi ruang refleksi tentang peran besar pesantren dan santri dalam perjalanan bangsa, dari medan perjuangan hingga era kemajuan global.


Dalam amanatnya, Rektor menyampaikan pesan Menteri Agama RI, yang diawali dengan ungkapan duka mendalam atas musibah yang menimpa Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang merenggut 67 jiwa santri.

Kementerian Agama, kata Prof. Noorhaidi, telah hadir langsung meninjau lokasi, memberikan bantuan, dan memastikan proses pemulihan berjalan baik. “Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa negara hadir dan peduli terhadap pesantren dan para santri,” ujarnya.

Rektor melanjutkan, bahwa tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri untuk mengenang Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 1945, seruan ulama untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dari sanalah bara semangat itu menyala, menyalakan perlawanan rakyat hingga peristiwa heroik 10 November di Surabaya.


Kini, delapan dekade kemudian, semangat jihad itu menemukan bentuk baru,  bukan lagi perang melawan penjajahan fisik, tetapi perjuangan intelektual, moral, dan spiritual di tengah arus globalisasi. “Kita harus mengingat jasa para pahlawan dan mensyukuri kemerdekaan ini dengan amal yang membawa kemaslahatan bagi bangsa,” ungkap Rektor.

Tahun 2025 menjadi istimewa, genap satu dekade peringatan Hari Santri sejak pertama kali ditetapkan oleh pemerintah pada 2015. Dalam rentang waktu itu, pesantren telah tumbuh menjadi simpul penting pendidikan karakter bangsa. Dari pesantren lahir generasi yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara spiritual dan moral. “Dari rahim pesantren lahir tokoh-tokoh besar bangsa, pejuang, pemimpin, ilmuwan, hingga pemikir dunia. Santri kini tidak hanya berkiprah di nasional, tetapi juga di panggung internasional,” tutur Prof. Noorhaidi.


Figur yang pernah menjabat sebag Dekan Fakultas Syariah dan Hukum juga menyoroti perhatian negara yang semakin kuat terhadap pesantren. Ia menyinggung lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren, Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2021 tentang Dana Abadi Pesantren, serta berbagai Peraturan Daerah Pesantren yang diterbitkan pemerintah daerah. “Semua ini bukti bahwa negara tidak menutup mata terhadap jasa besar pesantren. Negara berutang budi kepada para santri yang selama ini menjadi benteng moral bangsa,” ungkapnya.

Tema besar tahun ini, “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia,” menurut Prof. Noorhaidi, menegaskan bahwa santri tidak boleh sekadar menjadi penonton perubahan zaman. Mereka harus tampil sebagai pelaku sejarah baru, membawa nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin ke dalam percaturan dunia. “Santri sekarang tidak hanya harus menguasai kitab kuning, tetapi juga teknologi, sains, dan bahasa dunia. Dunia digital harus menjadi ladang dakwah baru bagi para santri,” tegasnya.

Menutup sambutannya, ia berpesan kepada pra santri untuk berilmu, berakhlak, dan berdaya. “Rawatlah tradisi pesantren, tapi peluklah inovasi zaman. Bawalah semangat pesantren ke ruang publik, ke dunia kerja, ke ranah internasional. Dari tangan para santrilah masa depan Indonesia akan ditulis,” pungkasnya.

Sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan ruang akademik yang menjadi rumah bagi ribuan mahasiswa berlatar belakang pesantren. Tidak sedikit alumni pesantren yang melanjutkan studi di kampus ini dan kemudian bertransformasi menjadi bagian dari komunitas ilmiah yang progresif dan inklusif.

Dalam kerangka tersebut, UIN Sunan Kalijaga menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat integrasi antara nilai-nilai keislaman dan keilmuan dalam setiap aktivitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kampus ini berupaya menjadi pusat pengembangan ilmu dan peradaban yang memadukan tradisi pesantren sebagai khazanah moral-spiritual dengan inovasi akademik modern yang visioner dan transformatif, meneguhkan diri sebagai universitas integrative interkonektf, sekaligus mengusung cita-cita peradaban dunia.(humassk)