UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar Sosialisasi Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan dengan menghadirkan Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (19/11/2025) di Ruang Rapat Gedung Pusat Administrasi Umum. Kegiatan ini dipandu oleh Kepala Bagian Umum, Radiman, MT., dan dihadiri oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, para Kepala Bagian Tata Usaha Fakultas, Kasubag PAU dan Pascasarjana, sejumlah pejabat fungsional, Tim BMN, Tim Perkap, Tim PK, , serta jajaran satuan pengamanan kampus.
Dalam sambutannya, Rektor Prof. Noorhaidi Hasan menegaskan bahwa sosialisasi mengenai keselamatan, penyelamatan, dan mitigasi risiko bencana merupakan kebutuhan mendesak bagi institusi pemerintah, termasuk perguruan tinggi. Menurutnya, salah satu ciri institusi modern yang maju adalah tersedianya sistem penanggulangan kebakaran dan kedaruratan yang mutakhir, akurat, serta dapat bekerja cepat dalam situasi krisis.
“Kami memiliki mahasiswa sebanyak 25 ribu dengan aktivitas pendidikan, penelitian, dan kegiatan kemahasiswaan yang berlangsung setiap hari. Karena itu, kita harus selalu siap menghadapi kemungkinan terjadinya berbagai bentuk kedaruratan. Kualitas alat pemadam kebakaran harus dicek secara berkala, diuji ulang, dan di-update. Sesekali perlu dilakukan simulasi, dan disosialisasikan kembali prosedur darurat sehingga seluruh civitas akademika memiliki kesiapan yang baik,” ujar Rektor.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bagian Umum UIN Sunan Kalijaga, Radiman, MT., menambahkan bahwa kampus terus melakukan updating terhadap fasilitas keselamatan dan penanggulangan kebakaran. Saat ini UIN Sunan Kalijaga memiliki 112 unit APAR dan berbagai sarana lainnya yang tersebar di berbagai titik kampus. “Fasilitas ini harus ada, meskipun harapannya tidak pernah harus digunakan. Namun keberadaannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan publik,” ujarnya.
Ia juga menegaskan bahwa pihaknya secara berkelanjutan menerapkan langkah-langkah preventif dan memberikan pelatihan rutin kepada petugas keamanan yang selama 24 jam menjalankan tugas pengamanan di lingkungan kampus.
Sementara itu Tim dari Pemadam kebakaran dan Penyelamatan (DAMKARMAT) BPBD DIY, Ujud Shosita, dalam pemaparannya menjelaskan konteks pentingnya kesiapsiagaan bencana di Indonesia. Sebagai negara berpenduduk besar, negara kepulauan dengan garis pantai panjang, Indonesia memiliki tingkat kerentanan yang kompleks. Tidak kurang dari 13 persen gunung api dunia berada di Indonesia, sementara Yogyakarta sendiri memiliki tingkat kerentanan bencana hingga 69 persen.
“Di luar negeri, keselamatan menjadi prioritas. Untuk menyelamatkan diri, tidak cukup hanya mengandalkan pengetahuan. Diperlukan keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan dan simulasi,” jelasnya. Adapun simulasi tanggap darurat idealnya dilakukan mendekati kondisi nyata agar masyarakat memiliki respons yang cepat dan tepat, serta sebagai upaya menguji sejauh mana ketahanan kapasitas penanggulangan bencana dan kebaran yang ada.
Menurut Ujud, meningkatnya tren bencana beberapa tahun terakhir juga harus dihadapi dengan kapasitas yang lebih baik, baik dari sisi sarana prasarana maupun sumber daya manusia. Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat sehari-hari tidak bisa lepas dari penggunaan listrik dan api, sehingga risiko kebakaran selalu mengintai, terutama saat terjadi gempa atau arus pendek listrik.
Begitu juga bencana yang sejatinya selalu mengancam. Pada musim hujan, potensi bencana seperti banjir dan longsor meningkat, sementara pada musim kemarau ancaman utama adalah kekeringan dan kebakaran akibat pemanasan global. “Kebakaran terjadi karena adanya tiga komponen dalam segitiga api, yakni bahan yang mudah terbakar, udara, dan sumber panas,” paparnya.
Ia juga menekankan pentingnya masyarakat, termasuk civitas akademika mengetahui kontak untuk darurat. Dalam situasi darurat, warga kampus dapat segera menghubungi kelurahan, pemadam kebakaran, maupun kepolisian.
Sosialisasi ini tidak berhenti pada penyampaian teori. Tim BPBD DIY bersama Kasubag Rumah Tangga UIN Sunan Kalijaga, Suswini, melakukan pengecekan langsung terhadap berbagai sarana dan fasilitas penanggulangan bencana serta kebakaran yang dimiliki kampus. Mulai dari kondisi hydrant, APAR, titik kumpul, hingga kelengkapan prosedur evakuasi.
“Selanjutnya kami akan melihat lebih dekat sarpras yang dimiliki, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, dan mengirimkan rekomendasi. Rekomendasi ini dapat digunakan sebagai dasar perbaikan serta peningkatan kapasitas,” ujar Ujud.
Melalui kegiatan ini, UIN Sunan Kalijaga menegaskan komitmennya untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana, memastikan lingkungan kampus yang aman, serta melindungi lebih dari 25 ribu mahasiswa dan seluruh civitas akademika dari berbagai potensi risiko kedaruratan. Sebuah langkah penting menuju kampus yang responsif, aman, dan berdaya tahan tinggi terhadap bencana.(humassk)