WhatsApp Image 2025-07-07 at 11.01.21(1).jpeg

Senin, 07 Juli 2025 14:05:00 WIB

0

14 Mahasiswa Difabel Terjun dalam KKN : Potret Nyata Inklusivitas UIN Sunan Kalijaga

Di bawah rindang pepohonan Halaman Pusat Administrasi UIN Sunan Kalijaga, suasana tampak berbeda pagi itu, Senin (7/7/2025). Alunan musik akustik mengalir lembut, dinyanyikan oleh Gita Divana, grup akustik yang seluruh personelnya adalah mahasiswa difabel bersama para relawan. Sementara di panggung, seorang relawan tampak menari dengan tangan, menerjemahkan setiap kata  ke dalam bahasa isyarat, menyapa para hadirin tanpa suara namun penuh makna.

Hari itu, UIN Sunan Kalijaga secara resmi melepas ratusan mahasiswanya dalam program KKN UIN Sunan Kalijaga Berdampak dan KKN Nusantara 2025. Dari ratusan mahasiswa yang berasal dari 34 PTKIN dan 1 PTKIS se-Indonesia, terdapat 14 mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga yang turut serta. Kehadiran mereka menegaskan wajah inklusivitas kampus yang telah dirawat melalui Pusat Layanan Difabel (PLD) selama hampir 18 tahun.

Mereka adalah Fanza, Akbar, Lutfiyah, Rindi, Dhefis, Nizam, Julian, Eka, Yogi, Niken, Orico, Nabil, Rizal, dan Ilham. Sejak awal, mereka siap menjalani proses KKN dengan hati yang besar, campuran antara semangat, harapan, juga keraguan. Namun, setiap tantangan adalah pintu menuju ilmu baru, ilmu yang tak bisa dipelajari hanya di ruang kelas.

“Dinamika perubahan seperti yang dialami ini juga bagian dari proses pembelajaran bagaimana menghadapi pengalaman baru,” ungkap Koordinator Pusat Layanan Difabel LPPM UIN Sunan Kalijaga, Asep Jahidin.


Bagi mahasiswa difabel, perjalanan KKN bukan sekadar menjalankan program pengabdian masyarakat. Ini adalah ruang pembuktian diri sekaligus ujian kemandirian. Sejak pembekalan, pendaftaran, pengelompokan, hingga penempatan lokasi KKN, mereka menghadapi tantangan berlapis: aksesibilitas fisik, komunikasi, hingga adaptasi sosial dengan teman kelompok.

“Setiap keluhan kami dengarkan, setiap masukan sangat berharga, dan setiap peristiwa menjadi guru terbaik untuk perbaikan KKN tahun berikutnya,” tambah Asep. Tahun ini menjadi pengalaman pertamanya mendampingi langsung mahasiswa difabel dalam KKN sebagai Koordinator. Bersama tim PLD, ia memastikan pendampingan berjalan sejak proses awal hingga KKN usai.

Baginya, KKN inklusi bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan panjang yang terus tumbuh setiap tahunnya bersama mahasiswa, dosen, staf administrasi, mitra desa, dan masyarakat umum. “Kami terus berupaya mendengarkan suara kenyataan, menerima setiap masukan. KKN inklusi akan selalu menghadapi tantangan baru dan beragam,” imbuh Asep.

Mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga yang tergabung dalam KKN Angkatan 117 Tahun 2025 ini membawa harapan besar. Dengan antusiasme layaknya karakter John dalam novel The Celestine Prophecy, mereka memaknai KKN sebagai pengalaman bermakna yang selama ini mereka bayangkan di bangku kuliah. Bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan proses pembentukan diri sebagai pribadi berdaya yang kelak mampu berkontribusi di tengah masyarakat.

Kehadiran mereka menjadi pengingat, bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang siapa yang tercepat dan terkuat, melainkan tentang siapa yang tak pernah menyerah menapaki setiap prosesnya.

UIN Sunan Kalijaga, dengan tagline Empowering Knowledge, Shaping the Future, terus membuktikan komitmennya meneguhkan kampus sebagai ruang aman dan ramah bagi semua, termasuk bagi mahasiswa difabel yang kini tengah bersiap menorehkan jejak pengabdian di tanah KKN mereka masing-masing. Kampus ini menegaskan diri sebagai kampus yang bukan hanya mencetak sarjana, tetapi juga membentuk manusia berdaya, termasuk mereka yang menapaki dunia dengan cara yang berbeda, namun sama bermaknanya. (humassk)