Di balik senyum manis dan gelar wisudawan terbaik tercepat Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, tersimpan perjalanan hidup yang sarat ujian dan pengorbanan. Halimatul Ulfah, kelahiran Tanah Laut, Banjarmasin, 22 tahun silam, menapaki perjalanan akademiknya selama 3 tahun 9 bulan 4 hari dengan IPK 3,96. Prestasi itu bukan semata angka, melainkan cerminan ketekunan, disiplin, dan integritas yang terasah dari pengalaman hidup.
Pilihannya
menekuni Ilmu Hukum lahir dari ketertarikan mendalam pada bagaimana hukum mampu
menata masyarakat menjadi adil dan tertib. Tantangan yang ia hadapi tidak
ringan. “Bukan hanya luasnya materi yang harus dikuasai, tetapi juga tuntutan
analisis kritis yang tak henti, ditambah kebutuhan untuk selalu mengikuti arus
berita hukum dan politik,” tuturnya.
Untuk menaklukan
hal tersebut, ia mengembangkan strategi belajar yang konsisten. Ia terbiasa
membuat ringkasan materi agar lebih mudah dicerna, aktif berdiskusi di
komunitas pemerhati konstitusi, dan mendalami hukum perdata serta pidana
melalui dialog mendalam dengan rekan-rekannya di komunitas peradilan semu.
Baginya, pemahaman hukum bukan sekadar lahir dari buku, tetapi tumbuh dari
interaksi, diskusi, dan keterbukaan terhadap perspektif yang berbeda.
“Gelar ini
bukan sekadar penghargaan, tapi pengingat bahwa setiap proses yang dijalani
dengan disiplin, fokus, dan niat tulus akan membuahkan hasil,” ujarnya. Ia
menambahkan bahwa predikat ini juga menjadi
kompas moral untuk terus bekerja keras, menjaga integritas, dan belajar
sepanjang hayat.
Halimatul Ulfah
mengatakan, target utamanya sejak awal bukanlah predikat, melainkan lulus tepat
waktu dengan hasil maksimal, sambil tetap menjaga keseimbangan antara kuliah,
kegiatan organisasi, dan kehidupan pribadi. “Predikat terbaik tercepat ini
justru datang sebagai bonus dari konsistensi saya belajar sungguh-sungguh untuk
membanggakan kedua orang tua dan orang-orang yang sudah mendukung saya,”
ungkapnya.
Perjalanan
Halimatul Ulfah tidak selalu mulus. Kehilangan ayah dan diikuti dengan kondisi
ibu yang jatuh sakit pernah menjadi titik terendah dalam hidupnya. Ia belajar
mandiri, membagi waktu antara kuliah dan bekerja, serta mengatur keuangan
dengan bijak. “Tapi semua ujian itu membentuk saya menjadi pribadi yang lebih
tangguh,” katanya.
Kesungguhan Halimatul Ulfah tidak hanya berbuah prestasi
di tingkat nasional. Ia berhasil meraih Juara 1 Lomba Debat International
Sharia Festival 4.0 yang diselenggarakan Universitas Darussalam Gontor pada
2024, membuktikan bahwa ketekunan mampu menembus batas ruang dan waktu.
Salah satu kunci keberhasilan Halimatul bersumber dari
prinsip yang tampak sepele namun sarat makna. Ia selalu berusaha menjadi
pribadi yang lebih baik dari hari kemarin. Ia membiasakan diri menyiapkan diri
sebelum menghadapi setiap langkah, sekecil apa pun itu. Menurutnya, ketekunan
yang konsisten, sekecil apa pun bentuknya, akan menghasilkan buah keberhasilan
yang manis.
Orang tua menjadi inspirasi terbesar baginya. Menurutnya,
meskipun tidak selalu hadir secara langsung, mereka menanamkan nilai
perjuangan, kesabaran, dan kebaikan. Dukungan dari sosok yang dianggap sebagai
orang tua kedua pun menjadi penyemangat utama untuk terus melangkah. “Semua
yang saya capai hari ini adalah buah dari doa, kasih, dan kepercayaan mereka,”
ujarnya.
Dalam sosok Halimatul Ulfah, terlihat jelas bahwa
prestasi bukan sekadar hasil akhir, melainkan perjalanan panjang yang dipenuhi
dedikasi, disiplin, dan keteguhan hati. Bagi mahasiswa dan pembaca muda,
kisahnya menjadi pengingat bahwa kerja keras, integritas, dan ketekunan akan
selalu menemukan jalannya untuk bersinar.