WhatsApp Image 2025-08-28 at 16.50.43.jpeg

Kamis, 28 Agustus 2025 11:10:00 WIB

0

Perkuat Kolaborasi Akademik Internasional, UIN Sunan Kalijaga Hadirkan Narasumber dari Kyoto University

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan Distinguished Lecture dengan menghadirkan Profesor Center for Southeast Asian Studies, Kyoto University, Jepang, Okamoto Masaaki. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu (27/8/2025) di Ruang Rapat Lantai 1 Gedung PAU kampus setempat.

Kegiatan setrategis ini dihadiri oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Abdur Rozaki; Ketua LPPM, Dr. Abdul Qoyum; para dekan fakultas dan direktur pascasarjana; serta segenap dosen di lingkungan UIN Sunan Kalijaga.

Rektor dalam sambutannya, menegaskan bahwa kehadiran akademisi dari Kyoto memberikan kontribusi penting dalam memperkuat jejaring keilmuan internasional. Lebih jauh, ia menegaskan bahwa hubungan UIN Sunan Kalijaga dengan Kyoto University telah memiliki landasan kelembagaan yang kokoh melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU). Kedekatan hubungan tersebut diperkuat pula oleh fakta bahwa Kota Kyoto merupakan sister city of Yogyakarta, sehingga menjadi ruang strategis bagi pertukaran budaya, riset, dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Dalam kurun setahun terakhir, sejumlah dosen dari UIN Sunan Kalijaga telah melakukan riset di Kyoto. Hal ini, menurutnya, menunjukkan adanya kesinambungan kerja sama yang nyata sekaligus membuka prospek bagi peningkatan jumlah peneliti di masa mendatang. “Kyoto merupakan salah satu universitas unggulan di Jepang, bahkan dunia, dengan atmosfer akademik yang sangat kondusif. Dari sana lahir banyak sarjana berkelas dunia. Oleh karena itu, kolaborasi ini merupakan peluang strategis untuk penguatan akademik dan riset di lingkungan UIN Sunan Kalijaga,” ungkapnya.


Prof. Noorhaidi juga menegaskan bahwa inisiatif penguatan riset internasional menjadi salah satu orientasi strategis UIN Sunan Kalijaga dalam pengembangan perguruan tinggi berbasis riset. Kolaborasi akademik dengan universitas top dunia, menurutnya, akan mendorong peningkatan kualitas riset, memperluas jaringan ilmuwan, serta membuka ruang bagi produksi pengetahuan yang relevan dengan tantangan global.

“Distinguished lecture yang diselenggarakan hari ini tidak hanya memperkaya perspektif akademik civitas akademika, tetapi juga mempertegas terbukanya peluang kolaborasi baru di masa depan. Kolaborasi ini sangat penting untuk mendorong lahirnya riset-riset internasional lintas disiplin yang mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,” pungkasnya.

Sementara itu, Okamoto Masaaki, akademisi yang banyak meneliti tentang politik Asia Tenggara,  menyampaikan hasil penelitiannya bertajuk “TikTok and the Future of Democracy in Indonesia and Beyond”. Ia juga banyak mengkaji tentang perkembangkan politik di Indonesia, khususnya politik elektoral, dan telah menghasilkan banyak publikasi ilmiah. Penelitiannya mencakup fenomena politik, demokrasi, dan dinamika sosial yang berkembang di Indonesia pasca-era Reformasi, serta berbagai riset mutakhir dengan temuan yang mendalam dan komprehensif.

Dalam paparannya, Okamoto menjelaskan bagaimana platform media sosial berbasis video pendek seperti TikTok telah berkembang menjadi ruang politik yang sangat berpengaruh. Lebih dari separuh masyarakat Indonesia menggunakan TikTok, terutama generasi muda, dan hal ini membuat politik kontemporer tak bisa dilepaskan dari peran media sosial. Platform digital ini dimanfaatkan para politisi untuk membangun citra, menarik simpati publik, sekaligus menyokong kepentingan politik mereka

“Media sosial, khususnya video pendek, bukan hanya menjadi ruang hiburan, melainkan juga arena pertarungan gagasan, citra, dan bahkan arah politik. Generasi muda kini banyak memperoleh informasi politik melalui konten visual dalam bentuk short video tersebut,” ungkapnya.

Okamoto mencontohkan sejumlah negara di Asia Tenggara dan dunia yang mengalami dinamika politik signifikan akibat masifnya penggunaan TikTok dalam proses demokrasi. Perubahan ini, menurutnya, menandai babak baru politik digital yang sangat ditentukan oleh algoritma, kreativitas konten, serta keterlibatan komunitas.

Lebih jauh, hasil analisis yang dilakukan Okamoto terhadap ribuan unggahan TikTok menjelang masa kampanye di Indonesia menunjukkan bahwa video singkat menjadi medium dominan dalam membentuk persepsi publik. Konten yang bersifat visual, menarik, dan mudah diakses terbukti lebih cepat menjangkau masyarakat, terutama generasi mudah dibandingkan teks panjang.

“Budaya menonton video singkat mulai menggantikan tradisi membaca teks. Jika tren ini berlanjut, maka akan terjadi pergeseran nilai dalam masyarakat yang berpotensi memengaruhi arah dan kualitas demokrasi dalam jangka panjang.,” tegas Okamoto.

Ia menambahkan, fenomena ini membutuhkan kajian lebih lanjut dengan melibatkan kolaborasi antar-disiplin, khususnya ilmu politik dan data science. Akamoto juga menegaskan bahwa perkembangan generative AI dewasa ini telah mulai dimanfaatkan sebagai instrumen dalam proses demokrasi. Dalam kurun lima tahun mendatang, kecenderungan tersebut diperkirakan akan berkembang semakin masif sehingga berimplikasi signifikan terhadap dinamika politik dan tata kelola demokrasi

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif, di mana berbagai pertanyaan seputar fenomena TikTok dan implikasinya bagi demokrasi muncul ke permukaan. Diskusi ini mendorong peserta untuk berpikir kritis dan analitis, serta tak jarang memunculkan decak kagum, karena TikTok, jika dikaji secara mendalam, menunjukkan kompleksitas yang jauh melampaui fungsi hiburannya semata. 

Dengan landasan tersebut, kajian lebih lanjut berpotensi membuka peluang penelitian kolaboratif lintas disiplin antara UIN Sunan Kalijaga dan Kyoto University,  Kolaborasi yang dijalin kedua lembaga ini semakin menguat, dengan komitmen melahirkan berbagai riset yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban.(humassk)