WhatsApp Image 2025-05-05 at 14.35.40.jpeg

Selasa, 29 April 2025 09:58:00 WIB

0

Anak Muda, Afeksi, dan Mesin Politik Algoritmik: FISHUM UIN Sunan Kalijaga Hadirkan Prof. Merlyna Lim dalam Dialog Intelektual Global

Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora (FISHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menegaskan komitmennya sebagai rumah intelektual kritis di era digital melalui Seminar Series FISHUM 2025 yang bertajuk: “The Scrolling Generation: Youth, Affect, and the Machinery of Algorithmic Politics.”

Kegiatan yang digelar pada Senin (28/4/2025) tersebut, menghadirkan pemikir terkemuka dalam studi media dan politik Asia Tenggara, Prof. Lim yang datang tidak hanya membawa kuliah biasa. Ia membawa napas zaman, pengalaman panjangnya meneliti denyut media sosial dan dinamika politik anak muda di kawasan ini, yang ia tuangkan dalam buku terbarunya Social Media and Politics in Southeast Asia (Cambridge University Press, 2024).

“Buku ini saya tulis bukan hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai saksi zaman,” ungkap Prof. Lim, membuka paparannya. “Saya menyaksikan sendiri bagaimana generasi muda di Asia Tenggara hidup dan bertindak dalam lanskap yang sepenuhnya dimediasi oleh algoritma.” Ujarnya.

Tak seperti diskusi akademik yang kaku dan teoritis, seminar ini bergerak dinamis dan menyentuh. Prof. Lim membawa para peserta menyelami gagasannya tentang scrolling generation, generasi muda yang dibentuk oleh kebiasaan menggulir layar, yang tanpa sadar hidup di bawah bayang-bayang algoritma. Media sosial, katanya, bukan lagi sekadar alat komunikasi, melainkan “infrastruktur emosional” tempat rasa takut, cinta, kemarahan, dan harapan dikomodifikasi dan diarahkan. “Di era ini, yang viral bukan yang paling benar, tapi yang paling menggetarkan emosi,” tandasnya.

Pemikiran itu menggelitik Dr. Rama Kertamukti, Wakil Dekan III sekaligus dosen Ilmu Komunikasi FISHUM, yang didapuk sebagai pembedah buku. Dalam responsnya, ia menyebut buku Prof. Lim sebagai “peta jalan kritis” bagi siapa pun yang ingin memahami bagaimana emosi dan identitas digital memengaruhi polarisasi publik di Indonesia. “Buku ini penting, karena kita sedang hidup di tengah generasi yang sangat visual, sangat cepat, tapi juga sangat rapuh secara emosional,” ujarnya.

Durratul Masudah, akademisi muda FISHUM yang memoderatori seminar, turut menyoroti pentingnya memperbarui pendekatan dalam pendidikan komunikasi. “Sebagai dosen, kita tidak bisa lagi hanya bicara soal teori komunikasi klasik. Kita harus peka terhadap bagaimana mahasiswa merasakan dunia, bukan cuma memahaminya,” ucapnya, disambut anggukan para peserta.

Diskusi pun mengalir ke isu-isu mutakhir: kecanduan digital, politik identitas, hingga strategi kampanye pascakebenaran. Ruang itu terasa hidup, bukan hanya karena tanya jawab yang intens, tetapi juga karena kehadiran ide-ide yang membuka cakrawala baru.

Kehadiran Prof. Lim adalah bagian dari upaya besar FISHUM UIN Sunan Kalijaga untuk menegaskan posisinya sebagai pusat studi media dan budaya digital yang berskala internasional. Bagi kampus ini, globalisasi akademik tak cukup hanya dengan jargon, tapi harus diwujudkan melalui pertukaran gagasan dan kolaborasi konkret.

Seminar ini dihadiri puluhan peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, hingga pemerhati media. Antusiasme mereka bukan sekadar mencatat, tetapi juga merenung dan mempertanyakan ulang realitas yang setiap hari mereka alami di dunia maya.

Di tengah cepatnya laju informasi dan derasnya banjir konten, UIN Sunan Kalijaga hadir sebagai titik tenang, tempat di mana teori dan pengalaman saling bertemu, dan di mana anak muda diajak berpikir kritis, bukan sekadar menjadi pengguna pasif teknologi.

Melalui acara ini, UIN Sunan Kalijaga tidak hanya membuktikan kapasitas akademiknya di mata dunia, tetapi juga menunjukkan keberpihakan pada masa depan yang lebih reflektif, manusiawi, dan berdaya tahan di tengah badai algoritma.